PT Pertamina (Persero) memperkirakan kerugian yang akan dialami perseroan dari penjualan elpiji non subsidi tahun ini sekitar Rp 2,7 triliun jika harga elpiji jenis tersebut tidak dinaikkan.
"Tahun lalu kan kerugiannya sekitar Rp 2,7 triliun, tahun ini juga sekitar segitu," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan usai menghadiri acara penutupan Seminar dan Pameran The Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (20/5/2010).
Karen berharap agar pemerintah segera menyetujui usulan kenaikan elpiji yang diajukannya agar kerugian yang dialami BUMN Migas tersebut tidak semakin membengkak.
"Pengennya secepatnya karena ini udah setengah tahun," ungkapnya.
Namun sayangnya, Karen masih enggan menyebutkan berapa usulan kenaikan yang diajukannya kepada pemerintah. "Itu belum bisa disampaikan," tegasnya.
Seperti diketahui, Pertamina berencana untuk menaikkan harga elpiji ukuran 12 kg pada tahun ini. Kenaikan tersebut diusulkan karena saat ini BUMN Migas tersebut mengaku harus nombok sekitar Rp 2.658 per kg dari setiap elpiji non subsidi yang dijualnya kepada masyarakat.
Sementara konsumsi elpiji non subsidi pada tahun ini diperkirakan mencapai 1,2 juta metric ton (MT). Elpiji non subsidi adalah yang berkapasitas 15 kg, 50 kg, dan elpiji curah atau bulk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar